Sidoarjo — Dalam setiap laga tim bola voli putra Indonesia, nama Putu Randu Wahyu Pradana selalu menjadi sorotan. Bukan hanya karena posturnya yang menjulang dan blok-blok mautnya sebagai middle blocker, tapi juga karena kisah hidupnya yang inspiratif — dari Banjar Bongan Gede di Tabanan, Bali, hingga menjadi bintang voli nasional, semua berawal dari pendidikan dan pembinaan di SMA Yayasan Taman, kawasan Taman, Sidoarjo.
Lahir pada 15 Januari 1994, Putu Randu telah menorehkan prestasi luar biasa. Di SEA Games 2019 Filipina, ia menjadi bagian dari tim inti yang sukses meraih medali emas, bersama nama-nama besar seperti Rivan Nurmulki dan Doni Haryono. Tapi siapa sangka, salah satu titik balik kariernya terjadi di sebuah sekolah swasta di Sidoarjo.
Dari Bali ke Sidoarjo: Mimpi yang Dirintis dengan Air Mata
Setelah lulus SMP di Tabanan tahun 2009, Putu Randu memilih merantau ke Jawa Timur untuk bergabung dengan Klub Voli Samator Surabaya. Di sinilah ia kemudian disekolahkan di SMA Yayasan Taman, Sidoarjo oleh pihak klub. Awalnya berat — ia sempat menangis karena rindu kampung halaman dan suasana asing di markas klub. Namun dengan motivasi dari orang tuanya, khususnya sang ayah, I Nyoman Parwata, yang juga mantan atlet dan pelatih voli, Putu Randu memilih bertahan.
“Setelah lulus SMA Yayasan Taman tahun 2012, prestasinya mulai melejit. Dia lolos seleksi Timnas dan ikut SEA Games 2013,” ujar Parwata.
Pihak SMA Yayasan Taman sendiri mengenang Putu Randu sebagai siswa yang rendah hati, penuh semangat, dan tak pernah mengeluh meski harus membagi waktu antara latihan keras dan belajar.
Simbol Keberhasilan Sekolah Pinggiran Kota
Prestasi Putu Randu adalah kebanggaan tersendiri bagi SMA Yayasan Taman, sebuah sekolah yang mungkin tak sepopuler sekolah unggulan di Surabaya atau kota besar lainnya, namun berhasil melahirkan talenta emas nasional.
“Keberadaan Putu Randu membuktikan bahwa dari sekolah mana pun, termasuk dari kawasan Taman, Sidoarjo, bisa lahir atlet tingkat ASEAN jika diberi ruang tumbuh dan semangat juang yang kuat,” ujar salah satu guru senior sekolah tersebut.
Karier Profesional dan Dedikasi untuk Negeri
Setelah tamat SMA, Putu Randu melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Yos Soedarso, kemudian bergabung dengan TNI AL dan kini berdinas di Mabes TNI Cilangkap. Meski menjadi prajurit, ia tetap aktif di dunia voli profesional dan membela klub-klub besar seperti Jakarta BNI 46 di ajang Proliga.
Gayanya yang penuh semangat dan kadang jenaka — seperti menari di pinggir lapangan usai mencetak poin — membuatnya jadi ikon tim. Namun di balik gaya tersebut, tersimpan kedisiplinan keras dan loyalitas tinggi pada tim.
Fakta Singkat: Putu Randu Wahyu Pradana
- Tempat, Tanggal Lahir: Tabanan, Bali – 15 Januari 1994
- Posisi: Middle Blocker (Quicker)
- Tinggi Badan: 191 cm
- Lulusan: SMA Yayasan Taman, Taman – Sidoarjo (2012)
- Prestasi:
- Emas SEA Games 2019
- Perak SEA Games 2013
- Pemain inti Timnas sejak 2013
- Pemain Jakarta BNI 46 di Proliga
-
Profesi: Anggota TNI AL, dinas di Mabes TNI Cilangkap
Inspirasi bagi Pelajar Sidoarjo dan Indonesia
Kisah Putu Randu adalah bukti nyata bahwa sekolah adalah penentu masa depan. Dedikasi, kerja keras, dan dukungan keluarga menjadi kunci utama. SMA Yayasan Taman, yang dulunya hanya dikenal di kalangan lokal, kini patut berbangga karena telah melahirkan atlet nasional yang membela nama Indonesia di panggung internasional.
Semangat Putu Randu Wahyu Pradana di lapangan, serta keteguhan hatinya menghadapi masa muda yang penuh tantangan, adalah contoh bagi generasi muda: bahwa mimpi besar bisa diraih dari tempat yang sederhana.
0 Komentar